Sebuah
artikel yang mengupas tentang Generasi Y atau biasa disingkat Gen Y menjelaskan,
terminologi ini diberikan kepada anak-anak yang lahir pada periode 1981 – 1995.
Generasi ini biasa bersentuhan dengan teknologi terkini. Maklum, anak-anak ini tumbuh
di era teknologi komunikasi dan informasi. Tak heran mata mereka selalu
berbinar jika menyentuh alat-alat telekomunikasi yang canggih. Hidup mereka pun tidak jauh-jauh dari internet dan
perangkat gadget. Boleh dikata, Gen Y sangat gandrung terhadap teknologi
terbaru.
Sebagian
orang mengatakan, Gen Y memiliki pengharapan dan keyakinan yang tinggi akan
masa depan, menyenangi kehidupan yang dinamis, dan mampu bergerak cepat. Ada
pula yang berpendapat, generasi ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta
memiliki kemampuan mengeja dan bahasa yang buruk. Percaya atau tidak, Gen Y
yang telah memasuki dunia kerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa
bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk
energi dan semangat kerja yang luar biasa.
Sebuah
survei yang dikutip portalhr.com mengungkapkan, banyak pemimpin perusahaan yang
mengeluh merekrut karyawan di bawah usia 30 tahun. Mengapa? Menurut mereka,
anak-anak muda ini tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, minta gaji
lebih besar, rewel minta promosi padahal baru setahun bergabung dengan
perusahaan, dan berharap diizinkan untuk bekerja secara fleksibel.
Survei yang
dilakukan oleh website rekrutmen CareerBuilder.com dan melibatkan lebih dari
2.500 pimpinan perusahaan dan manajer ini menemukan fakta bahwa terdapat jurang
perbedaan yang begitu besar antara pekerja dari Gen Y dengan para manajer.
Perbedaan itu diperkirakan bisa menimbulkan masalah-masalah yang nyata di
kemudian hari.
Gaya
komunikasi Gen Y juga berbeda. Hampir separuh pimpinan perusahaan yang disurvei
mengatakan, terdapat perbedaan yang tajam dalam gaya berkomunikasi antara
karyawan dari Gen Y dengan koleganya yang lebih tua. Generasi ini lebih banyak
berkomunikasi lewat teknologi ketimbang tatap muka. Selain itu, seperempat
responden mengatakan, mereka memiliki kerangka referensi yang berbeda dalam
banyak hal, dari soal sikap hingga budaya pop.
Lebih dari
itu, hampir 9 dari 10 hiring manager dan profesional HR yang dimintai
pendapat dalam survei di atas mengungkapkan, sebagian besar Gen Y merasa
“berhak” meminta lebih atas kompensasi, benefit dan promosi dibandingkan
generasi pendahulunya. Hampir tiga perempat responden mengungkapkan, Gen Y
mengharapkan gaji yang lebih tinggi dan fleksibilitas jam kerja. Survei ini
juga melaporkan, Gen Y minta promosi dalam setahun, dan mengharapkan libur yang
lebih banyak. Yang mengkhawatirkan, separuh pemimpin perusahaan menyatakan, Gen
Y sulit diatur dan susah bertanggung jawab. Benarkah demikian?
Direktur HC
Bank Sahabat, N. Krisbiyanto berpendapat, perusahaan tidak usah terlalu risau,
tetapi yang penting tahu bagaimana cara menanganinya. ”Mereka (Gen Y) punya
keahlian, tapi jika tidak dihargai dengan mudah akan pergi. Untuk
mengantisipasinya, harus ada agen-agen di organisasi yang memonitor perkembangan
mereka. Dan, itu harus dilakukan oleh tim HR,” katanya.
Pengajar
dari PPM Manajemen, Octa Melia Jalal membenarkan bahwa Gen Y sangat berbeda.
Banyak di antara mereka yang keluar dari pekerjaan yang sudah mapan dengan
alasan simpel. ”Kalau tetap di pekerjaan itu we don’t have life. Kantor pikir kami hanya punya kantor. Padahal
kami punya istri dan anak,” kata Octa Melia menirukan. ”Saya lihat Gen Y lebih
peduli pada keluarga,” ia menambahkan.
Menanggapi
kehadiran Gen Y yang lebih menyukai pekerjaan yang ada kaitannya dengan gaya
hidup, Ketua Apindo DKI, Soeprayitno,
mengaku khawatir. Jika Gen Y tidak tertarik dengan pekerjaan kasar – seperti
bekerja di pabrik atau bengkel yang harus berlumuran oli – tidak
mustahil pekerjaan seperti ini akan diisi oleh orang-orang dari negara lain
seperti China. ”Saya lihat orang Indonesia kurang terlatih untuk bekerja keras.
Nanti di 2012-2015 makin banyak pekerjaan yang akan diisi oleh orang-orang dari
luar, bukan orang kita,” ujarnya meramalkan.
Apa mau
dikata, anak-anak Gen Y memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan
eksploratif selaras dengan perkembangan zamannya. Ke depan, kita akan
berhadapan dengan Generasi Platinum (anak-anak Gen Z) yang lahir setelah tahun
1996. Mereka tentu lebih canggih lagi. Selain memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengakses dan mengakomodasi informasi, Generasi Platinum akan memiliki kesempatan
yang lebih banyak dan lebih terbuka untuk mengembangkan dirinya. Dan, cepat
atau lambat, praktisi HC harus siap menerima kehadiran mereka di perusahaan. ■
Firdanianty
Ciri-ciri khusus Gen Y yang dikutip dari kompasiana.com:
- Percaya diri
dan optimis. Lebih terbuka dan mau menerima perubahan.
- Tidak sabaran
karena terbiasa dengan hal instan, tak mau rugi, dan banyak menuntut (ini
dampak dari kepercayaan diri yang tinggi).
- Family
centric/lebih dekat pada
keluarga. Orangtua Gen Y banyak meluangkan waktu bersama keluarga. (Sebagian
besar orangtua Gen Y berasal dari Generasi X yang akan dipaparkan di
bagian bawah tulisan, red).
- Suka inovasi.
- Memiliki
semangat yang besar.
- Tidak menyukai
jadwal yang ribet, detail dan birokrasi.
- Anytime-anywhere. Di manapun kapanpun dapat menghasilkan
sesuatu (ide atau produk) tanpa peduli norma tempat dan waktu. Misalnya,
mengerjakan pekerjaan kantor menggunakan laptop dan internet dari
kafe atau di rumah sambil sarungan.
- Cara
berkomunikasi. Lebih nyaman menggunakan media berbasis teknologi.
- Mencari
informasi atau belajar melalui internet. Guru tak lagi berposisi sebagai
“tahu segalanya”. Semua yang ingin diketahui dapat dicari di Google.
- Ciri paling
menonjol, mereka terbiasa hidup dengan teknologi canggih. Laptop,
komputer, dan gadget adalah keseharian mereka sejak kecil.
- Generasi
ini merupakan kelompok masyarakat yang hidup setelah Perang Dunia II,
yaitu antara 1946 – 1964.
- Diberi
nama Baby Boomers karena pada rentang waktu generasi ini hidup,
terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia.
- Anak-anak
yang lahir di era ini merupakan golongan masyarakat yang mulai mengenal
televisi dengan beragam acara yang berbeda-beda, seperti Perang Vietnam,
pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F. Kennedy.
- Golongan
masyarakat ini mengenal musik, sebagian besar adalah Rock n Roll, sebagai
cara untuk mengekpresikan identitas generasi mereka.
2. Generasi X:
- Selanjutnya
muncul Generasi X yang lahir pada periode 1965 – 1980.
- Generasi
ini tumbuh di tengah-tengah maraknya video games dan MTV, serta
menghabiskan masa remajanya di tahun 1980-an.
- Remaja
Gen X memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kurang optimis terhadap masa
depan, sinis, skeptis, tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga
tradisional, serta tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua mereka.
- Di awal 1990-an, media menampilkan Gen X secara fisik sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran.
3. Generasi Y:
- Gen
Y tumbuh seiring banyaknya kejadian yang mengubah dunia, di antaranya
berkembangnya komunikasi massa serta internet.
- Teman saya yang juga guru pada Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi di Bogor menceritakan, murid-muridnya lebih senang belajar dengan memanfaatkan komputer dan internet. Mereka bersemangat jika mengerjakan tugas-tugas sekolah melalui email atau jejaring sosial Facebook ketimbang menulis di kertas atau buku. Masalahnya guru yang sudah lanjut usia tidak terbiasa dengan cara belajar seperti itu, sehingga pembelajaran di kelas sering dianggap garing oleh anak-anak.
- Gen
Y memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan
perkembangan zaman.
- Gen Y memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi namun hanya sebatas sebagai pengguna.
4. Generasi Z:
- Gen
Z atau disebut juga Generasi Platinum lahir setelah tahun 1996 hingga
sekarang. Mereka tentu lebih canggih lagi. Mereka memiliki kemampuan yang
tinggi dalam mengakses dan mengakomodir informasi sehingga punya
kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya.
- Generasi
Platinum adalah golongan yang memiliki orientasi sekaligus kemampuan
berkarya sehingga dapat berperan sebagai produsen, kreator, atau
inisiator. Yang menarik, ini tidak hanya berlaku untuk aspek teknologi,
tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan.
- anak-anak
yang lahir pada abad ke-21 adalah hasil ”produksi” orangtua yang lahir di
era 1970-an (Gen X) – yakni generasi yang sudah memiliki keinginan untuk
mengoptimalkan potensinya.
- Dilihat
dari tingkat pendidikan, Generasi X rata-rata berpendidikan cukup tinggi.
Alhasil, kemunculan generasi yang berbeda tak lepas dari pengaruh
orangtuanya yang memiliki pandangan terbuka dan lebih mudah menerima
perubahan, terutama teknologi. Karena
itu, tak heran jika Generasi Platinum sangat cepat menguasai teknologi.
- Generasi ini lahir di saat teknologi
komunikasi menuju kematangan, sehingga mereka memiliki kemampuan yang
tinggi dalam mengakses dan memanfaatkan informasi. Hal itu memberi mereka
peluang lebih baik dalam mengembangkan diri dan menjadi manusia yang
berkualitas serta produktif.
- Generasi Platinum tidak hanya aktif di bidang
akademis, melainkan juga di bidang non-akademis. Mereka adalah generasi
yang siap untuk menjadi warga dunia yang multi-talented, multi-language,
dan multi-discipline.
0 komentar:
Posting Komentar