Senin, 13 Agustus 2012

Selamat Datang Generasi Y



Sebuah artikel yang mengupas tentang Generasi Y atau biasa disingkat Gen Y menjelaskan, terminologi ini diberikan kepada anak-anak yang lahir pada periode 1981 – 1995. Generasi ini biasa bersentuhan dengan teknologi terkini. Maklum, anak-anak ini tumbuh di era teknologi komunikasi dan informasi. Tak heran mata mereka selalu berbinar jika menyentuh alat-alat telekomunikasi yang canggih. Hidup mereka pun tidak jauh-jauh dari internet dan perangkat gadget. Boleh dikata, Gen Y sangat gandrung terhadap teknologi terbaru.


Sebagian orang mengatakan, Gen Y memiliki pengharapan dan keyakinan yang tinggi akan masa depan, menyenangi kehidupan yang dinamis, dan mampu bergerak cepat. Ada pula yang berpendapat, generasi ini cenderung menuntut, tidak sabar, serta memiliki kemampuan mengeja dan bahasa yang buruk. Percaya atau tidak, Gen Y yang telah memasuki dunia kerja menunjukkan sikap yang cuek dan senantiasa bertentangan dengan peraturan kantor. Namun, generasi ini boleh dipuji untuk energi dan semangat kerja yang luar biasa. 
 
Sebuah survei yang dikutip portalhr.com mengungkapkan, banyak pemimpin perusahaan yang mengeluh merekrut karyawan di bawah usia 30 tahun. Mengapa? Menurut mereka, anak-anak muda ini tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, minta gaji lebih besar, rewel minta promosi padahal baru setahun bergabung dengan perusahaan, dan berharap diizinkan untuk bekerja secara fleksibel.

Survei yang dilakukan oleh website rekrutmen CareerBuilder.com dan melibatkan lebih dari 2.500 pimpinan perusahaan dan manajer ini menemukan fakta bahwa terdapat jurang perbedaan yang begitu besar antara pekerja dari Gen Y dengan para manajer. Perbedaan itu diperkirakan bisa menimbulkan masalah-masalah yang nyata di kemudian hari.

Gaya komunikasi Gen Y juga berbeda. Hampir separuh pimpinan perusahaan yang disurvei mengatakan, terdapat perbedaan yang tajam dalam gaya berkomunikasi antara karyawan dari Gen Y dengan koleganya yang lebih tua. Generasi ini lebih banyak berkomunikasi lewat teknologi ketimbang tatap muka. Selain itu, seperempat responden mengatakan, mereka memiliki kerangka referensi yang berbeda dalam banyak hal, dari soal sikap hingga budaya pop.

Lebih dari itu, hampir 9 dari 10 hiring manager dan profesional HR yang dimintai pendapat dalam survei di atas mengungkapkan, sebagian besar Gen Y merasa “berhak” meminta lebih atas kompensasi, benefit dan promosi dibandingkan generasi pendahulunya. Hampir tiga perempat responden mengungkapkan, Gen Y mengharapkan gaji yang lebih tinggi dan fleksibilitas jam kerja. Survei ini juga melaporkan, Gen Y minta promosi dalam setahun, dan mengharapkan libur yang lebih banyak. Yang mengkhawatirkan, separuh pemimpin perusahaan menyatakan, Gen Y sulit diatur dan susah bertanggung jawab. Benarkah demikian?

Direktur HC Bank Sahabat, N. Krisbiyanto berpendapat, perusahaan tidak usah terlalu risau, tetapi yang penting tahu bagaimana cara menanganinya. ”Mereka (Gen Y) punya keahlian, tapi jika tidak dihargai dengan mudah akan pergi. Untuk mengantisipasinya, harus ada agen-agen di organisasi yang memonitor perkembangan mereka. Dan, itu harus dilakukan oleh tim HR,” katanya.

 Sementara itu, Ketua Perhimpunan Manajemen Sumber daya Manusia (PMSM), Sapta Putra Yadi, menilai, Gen Y adalah generasi yang bekerja atas dasar gaya hidup dan passion. ”Generasi Y melihat pekerjaan sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Jadi, walaupun gajinya gede jika bukan bagian dari gaya hidup, mereka akan mengatakan: no way!” ungkap Sapta.


Pengajar dari PPM Manajemen, Octa Melia Jalal membenarkan bahwa Gen Y sangat berbeda. Banyak di antara mereka yang keluar dari pekerjaan yang sudah mapan dengan alasan simpel. ”Kalau tetap di pekerjaan itu we don’t have life. Kantor pikir kami hanya punya kantor. Padahal kami punya istri dan anak,” kata Octa Melia menirukan. ”Saya lihat Gen Y lebih peduli pada keluarga,” ia menambahkan.

Menanggapi kehadiran Gen Y yang lebih menyukai pekerjaan yang ada kaitannya dengan gaya hidup, Ketua Apindo DKI, Soeprayitno, mengaku khawatir. Jika Gen Y tidak tertarik dengan pekerjaan kasar – seperti bekerja di pabrik atau bengkel yang harus berlumuran oli – tidak mustahil pekerjaan seperti ini akan diisi oleh orang-orang dari negara lain seperti China. ”Saya lihat orang Indonesia kurang terlatih untuk bekerja keras. Nanti di 2012-2015 makin banyak pekerjaan yang akan diisi oleh orang-orang dari luar, bukan orang kita,” ujarnya meramalkan.

Apa mau dikata, anak-anak Gen Y memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan perkembangan zamannya. Ke depan, kita akan berhadapan dengan Generasi Platinum (anak-anak Gen Z) yang lahir setelah tahun 1996. Mereka tentu lebih canggih lagi. Selain memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan mengakomodasi informasi, Generasi Platinum akan memiliki kesempatan yang lebih banyak dan lebih terbuka untuk mengembangkan dirinya. Dan, cepat atau lambat, praktisi HC harus siap menerima kehadiran mereka di perusahaan. ■ Firdanianty

Ciri-ciri khusus Gen Y yang dikutip dari kompasiana.com:
  1. Percaya diri dan optimis. Lebih terbuka dan mau menerima perubahan.
  2. Tidak sabaran karena terbiasa dengan hal instan, tak mau rugi, dan banyak menuntut (ini dampak dari kepercayaan diri yang tinggi).
  3. Family centric/lebih dekat pada keluarga. Orangtua Gen Y banyak meluangkan waktu bersama keluarga. (Sebagian besar orangtua Gen Y berasal dari Generasi X yang akan dipaparkan di bagian bawah tulisan, red).
  4. Suka inovasi.
  5. Memiliki semangat yang besar.
  6. Tidak menyukai jadwal yang ribet, detail dan birokrasi.
  7. Anytime-anywhere. Di manapun kapanpun dapat menghasilkan sesuatu (ide atau produk) tanpa peduli norma tempat dan waktu. Misalnya, mengerjakan pekerjaan kantor menggunakan laptop dan internet dari kafe atau di rumah sambil sarungan.
  8. Cara berkomunikasi. Lebih nyaman menggunakan media berbasis teknologi.
  9. Mencari informasi atau belajar melalui internet. Guru tak lagi berposisi sebagai “tahu segalanya”. Semua yang ingin diketahui dapat dicari di Google.
  10. Ciri paling menonjol, mereka terbiasa hidup dengan teknologi canggih. Laptop, komputer, dan gadget adalah keseharian mereka sejak kecil.



  1. Baby Boomers:
  • Generasi ini merupakan kelompok masyarakat yang hidup setelah Perang Dunia II, yaitu antara 1946 – 1964.
  • Diberi nama Baby Boomers karena pada rentang waktu generasi ini hidup, terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia.
  • Anak-anak yang lahir di era ini merupakan golongan masyarakat yang mulai mengenal televisi dengan beragam acara yang berbeda-beda, seperti Perang Vietnam, pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F. Kennedy.
  • Golongan masyarakat ini mengenal musik, sebagian besar adalah Rock n Roll, sebagai cara untuk mengekpresikan identitas generasi mereka.

2. Generasi X:
  • Selanjutnya muncul Generasi X yang lahir pada periode 1965 – 1980.
  • Generasi ini tumbuh di tengah-tengah maraknya video games dan MTV, serta menghabiskan masa remajanya di tahun 1980-an.
  • Remaja Gen X memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kurang optimis terhadap masa depan, sinis, skeptis, tidak lagi menghormati nilai-nilai dan lembaga tradisional, serta tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua mereka.
  • Di awal 1990-an, media menampilkan Gen X secara fisik sebagai generasi yang senang memakai kemeja flannel, suka menyendiri, banyak tindikan di tubuh, dan lebih memilih bekerja di restoran. 




3. Generasi Y:
  • Gen Y tumbuh seiring banyaknya kejadian yang mengubah dunia, di antaranya berkembangnya komunikasi massa serta internet.
  • Teman saya yang juga guru pada Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi di Bogor menceritakan, murid-muridnya lebih senang belajar dengan memanfaatkan komputer dan internet. Mereka bersemangat jika mengerjakan tugas-tugas sekolah melalui email atau jejaring sosial Facebook ketimbang menulis di kertas atau buku. Masalahnya guru yang sudah lanjut usia tidak terbiasa dengan cara belajar seperti itu, sehingga pembelajaran di kelas sering dianggap garing oleh anak-anak.

  • Gen Y memiliki karakter unik yang lebih ekspresif dan eksploratif selaras dengan perkembangan zaman.
  • Gen Y memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi namun hanya sebatas sebagai pengguna.
4. Generasi Z:
  • Gen Z atau disebut juga Generasi Platinum lahir setelah tahun 1996 hingga sekarang. Mereka tentu lebih canggih lagi. Mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan mengakomodir informasi sehingga punya kesempatan lebih banyak dan terbuka untuk mengembangkan dirinya.
  • Generasi Platinum adalah golongan yang memiliki orientasi sekaligus kemampuan berkarya sehingga dapat berperan sebagai produsen, kreator, atau inisiator. Yang menarik, ini tidak hanya berlaku untuk aspek teknologi, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan.
  • anak-anak yang lahir pada abad ke-21 adalah hasil ”produksi” orangtua yang lahir di era 1970-an (Gen X) – yakni generasi yang sudah memiliki keinginan untuk mengoptimalkan potensinya.
  • Dilihat dari tingkat pendidikan, Generasi X rata-rata berpendidikan cukup tinggi. Alhasil, kemunculan generasi yang berbeda tak lepas dari pengaruh orangtuanya yang memiliki pandangan terbuka dan lebih mudah menerima perubahan, terutama teknologi. Karena itu, tak heran jika Generasi Platinum sangat cepat menguasai teknologi.
  • Generasi ini lahir di saat teknologi komunikasi menuju kematangan, sehingga mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses dan memanfaatkan informasi. Hal itu memberi mereka peluang lebih baik dalam mengembangkan diri dan menjadi manusia yang berkualitas serta produktif.
  • Generasi Platinum tidak hanya aktif di bidang akademis, melainkan juga di bidang non-akademis. Mereka adalah generasi yang siap untuk menjadi warga dunia yang multi-talented, multi-language, dan multi-discipline.

0 komentar:

Posting Komentar