Judul Buku : Helping
People Win at Work
Pengarang : Ken
Blanchard dan Garry Ridge
Penerbit : PT
Elex Media Komputindo
Halaman : xxvii + 173
Cetakan :
Pertama
Terbit :
2010
Penulis Resensi :
Firdanianty
Apakah Anda bermitra bersama karyawan Anda dalam bekerja atau apakah sistem
performance review Anda adalah sebuah alarm? Pertanyaan menarik ini
diajukan oleh Ken Blanchard, Chief Spiritual Officer dari The Ken Blanchard
Companies. Selama bertahun-tahun ia menaruh perhatian pada bagaimana
mengevaluasi performance seseorang. Ken yang juga seorang profesor ini
melihat, performance karyawan sering kali dibuat menjadi sebuah kurva
distribusi normal. Lebih buruknya, performance mereka disusun dalam
urutan peringkat.
Hal semacam ini tidak hanya gagal dalam membangun kepercayaan, tetapi juga
tidak mampu memberikan tanggung jawab kepada para manajer untuk memberikan coaching
dan membantu mereka berhasil dalam bekerja. Dengan demikian, tugas utama para
manajer hanya difokuskan pada menyortir kemampuan karyawan.
Keadaan itu mengusiknya. Menurut Ken, kepemimpinan adalah sebuah kemitraan
– salah satu yang melibatkan mutual trust dan rasa hormat di antara dua
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ketika hal itu terjadi,
baik pemimpin dan bawahan langsungnya mempunyai sebuah kesempatan untuk saling
memengaruhi satu sama lain. Kedua pihak memainkan sebuah peran dalam menentukan
bagaimana menyelesaikan semua pekerjaan.
Ken yakin, setiap orang bisa memperoleh nilai “A” jika sejak awal
diberitahu bagaimana cara mendapatkan nilai “A” tersebut. Dalam dunia bisnis,
pentingnya mengembangkan orang berlaku pada karyawan maupun konsumen. “Kesejahteraan
dan pertumbuhan pribadi dari orang-orang yang Anda pimpin – jika tidak
berlebihan – sama pentingnya dengan tujuan-tujuan yang ingin Anda capai,”
katanya (halaman xii).
Pemikiran Ken mengenai hal tersebut – membantu orang memperoleh nilai A –
berkaitan dengan pengalamannya menjadi seorang dosen di universitas selama
bertahun-tahun. Ia selalu memberikan ujian akhir kepada para mahasiswa di awal
semester perkuliahan. Setelah itu ia menghabiskan sepanjang semester untuk
membantu para mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia berikan pada
ujian akhir. Dengan demikian, para mahasiswa bisa lebih mudah memperoleh nilai
A. “Saya ingin para mahasiswa saya menang, demikian juga dengan mereka. Kami
adalah mitra mereka dalam mendapatkan nilai A,” ujarnya.
Salah seorang mahasiswa pascasarjana yang mengikuti kuliahnya, Garry Ridge,
setelah mempelajari filosofi ini mengimplementasikannya sebagai tema utama pada
perusahaan yang dikomandaninya, WD-40 Company. “Pertama kali mendengar Ken
membicarakan tentang memberikan ujian akhir tepat di awal semester perkuliahan,
dan kemudian mengajarkan jawabannya kepada para mahasiswa agar mereka
mendapatkan nilai A, saya sangat terkejut. Mengapa tidak saya lakukan saja
dalam bisnis?” ungkap Garry.
Ternyata berhasil. Garry mengungkapkan, sejak dia menerapkan sistem ini,
penjualan per tahun perusahaannya meningkat hingga tiga kali lipat, dari US$
100 juta per tahun menjadi US$ 339 juta per tahun. “Kami telah mencapai
prestasi yang luar biasa dan juga berhasil membuat perusahaan menjadi tempat
bekerja yang hebat,” kata Garry, bangga.
Filosofi “Jangan (Hanya) Menilai Makalahku...”
Bagaimana penerapan filosofi Ken Blanchard di WD-40 Company? Ken dan Garry menuangkannya
dalam buku Helping People Win at Work. Buku yang diterjemahkan ke bahasa
Indonesia oleh penerbit Elex Media Komputindo (cetakan pertama, 2010) ini
memaparkan langkah-langkah Garry dalam menerapkan filosofi “Jangan (Hanya)
Menilai Makalahku, Tetapi Juga Bantu Aku Mendapatkan Nilai A”.
Sebagai gambaran, buku ini dibagi menjadi empat bagian. Pada bagian
pertama, Garry menguak fundamental dari sistem performance review
“Jangan (Hanya) Menilai Makalahku, Tetapi Juga Bantu Aku Mendapatkan Nilai A”. Di
bagian kedua, Garry memperlihatkan perubahan budaya yang harus dibuat agar
semua hal bisa dilakukan di WD-40 Company sebelum sistem performance review
bisa diubah.
Bagian ketiga buku ini mengupas sudut pandang Garry tentang kepemimpinan –
apa yang dia harapkan dari orang lain dan apa yang orang lain bisa harapkan
darinya – dan dari mana semua keyakinan Garry tentang memimpin dan memotivasi
orang lain itu berasal. Sebuah upaya perubahan akan sukses hanya jika mendapat
dukungan penuh dari para manajer puncak.
Dan, di bagian keempat, Ken berbagi tentang “Kebenaran-kebenaran Sederhana”
yang ia dan para koleganya telah pelajari selama bertahun-tahun. Ia menjelaskan
mengapa Partnering for Performance seperti yang dipraktikkan pada WD-40
Company bisa berhasil, dan bagaimana hal itu juga bisa berhasil di perusahaan
lain.
Pada akhirnya, berhasil atau tidaknya filosofi ini diterapkan di perusahaan
Anda, tergantung pada pelaksanaannya. Aturan-aturan di WD-40 Company sangat
sederhana. Jika seseorang mencapai tujuan-tujuan yang bisa diamati dan diukur
pada akhir tahun anggaran, mereka akan mendapatkan nilai A – selama mereka
berada pada tata krama yang sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.
Di tahap pelaksanaan, setiap orang bekerja pada tujuan-tujuan yang telah
disepakati. Ini merupakan saat di mana coaching akan terus-menerus
dimainkan. Pada kebanyakan organisasi, setelah tujuan-tujuan diatur, para
manajer mengarsipkannya dan tidak banyak memikirkan performance anggota
kelompok kerjanya sampai mereka menyadari bahwa mereka harus memberikan performance
review tahunan. Para manajer semacam ini cenderung mengatur dengan
pengecualian. Ketika bendera merah tanda bahaya dikibarkan, para manajer baru
mulai bekerja dan mengatur ini dan itu.
Situational Leadership
Salah satu konsep dalam membantu menjalankan coaching keseharian
pada WD-40 Company adalah Situational Leadership® II, salah satu konsep penting
lain dari Ken Blanchard. Menurut Situational Leadership® II, tidak ada gaya
kepemimpinan yang terbaik. Semua bergantung pada kompetensi dan komitmen
individu dalam satu area tujuan tertentu.
Kompetensi bergantung pada pengetahuan seseorang serta keahlian pada
pengalaman sebelumnya yang bisa ditransfer. Sedangkan komitmen bergantung pada
motivasi dan kepercayaan diri seseorang. Dengan kata lain, kompetensi berkaitan
dengan keahlian dan komitmen berkaitan dengan sikap.
Perencanaan dan pelaksanaan yang terus-menerus tanpa menilai review and
learning akan memberi hantaman – yang disebut Garry – angin topan atau
peristiwa yang destruktif. Karena itu dibutuhkan review and learning agar
setiap orang memiliki waktu untuk memahami apa yang bisa berhasil dan apa yang
tidak.
Beberapa pertanyaan yang diajukan pada saat review sebagai berikut:
- Apa yang
telah kita atur untuk kita laksanakan?
- Apa yang
sebenarnya terjadi?
- Mengapa
hal ini bisa terjadi?
- Apa yang
akan kita lakukan di waktu yang akan datang?
- Apa yang
akan kita lanjutkan untuk dilaksanakan?
- Apa yang
akan kita lakukan dengan cara berbeda?
Garry mengatakan, di WD-40 Company proses review and learning
merupakan pembicaraan berkelanjutan sepanjang tahun anggaran. Secara berkala ia
memberi umpan balik kepada karyawan. Agar kegiatan ini berlangsung efektif dan
mencapai tujuan yang diharapkan, sikap peduli dan terus terang menjadi sangat
penting. Peduli adalah perilaku yang menunjukkan perhatian atasan pada
perkembangan anak buahnya baik secara personal maupun profesional. Sedangkan
sikap terus terang memperbolehkan seorang manajer menyampaikan kritik dan saran
yang berdampak positif bagi bawahannya. Kedua hal tersebut – kepedulian dan
keterusterangan – berjalan bersamaan.
Tentu saja, ada beberapa hal dalam buku ini yang juga pernah diulas pada
buku-buku lain. Misalnya tentang Membangun Budaya yang Tepat (Bab Dua). Kendati
demikian, ada pernyataan menarik dari Garry di bab ini yang sayang jika
dilewatkan. “Pada WD-40 Company, saat ada hal-hal yang terasa tidak benar, kita
tidak menyebutnya sebagai ‘kesalahan-kesalahan’, tetapi kita menyebutnya ‘Learning
Moments’.”
Menurut Garry, yang harus dilakukan atasan adalah mengajarkan bawahannya
agar tidak merasa takut pada kegagalan. Kesalahan-kesalahan memang tidak terhindarkan,
tetapi tidak perlu dianggap fatal. Itu menjadi kunci dalam proses “Jangan
(Hanya) Menilai Makalahku, Tetapi Juga Bantu Aku Mendapatkan Nilai A”. Dengan
cara seperti itu, ia berani mengatakan bahwa WD-40 Company tumbuh menjadi
perusahaan yang lebih baik dari waktu ke waktu. □
0 komentar:
Posting Komentar