Minggu, 24 Juni 2012

Kiat Menjadi Knowledge Worker yang SMART


Judul Buku        : SMART Knowledge Worker
Pengarang         : Firdanianty dan Alvin Soleh
Penerbit            : PT Elex Media Komputindo
Halaman           : xxix + 160 halaman
Cetakan            : Pertama
Terbit               : Juli 2011


 Smart Knowledge Worker. Apa yang Anda bayangkan tentang buku ini saat membaca judulnya? Sebagaimana judulnya, buku ini menjelaskan tentang keberadaan knowledge worker dan perannya di organisasi. Istilah knowledge worker (KW) – dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pekerja berpengetahuan – dikumandangkan pertama kali oleh pakar manajemen Peter Drucker hampir 40 tahun yang lalu. Jadi, sebenarnya KW bukan istilah baru. Istilah ini mengemuka seiring meningkatnya tuntutan pekerjaan dan persaingan di dunia bisnis. Dalam ekonomi yang menuntut setiap orang harus mampu berpikir kreatif, peran pekerja jenis ini makin terasa penting.

Thomas H. Davenport dalam bukunya Thinking for a Living: How to Get Better Performance and Results from Knowledge Workers, mendefinisikan pekerja berpengetahuan sebagai pekerja yang memiliki tingkat keahlian, pendidikan dan pengalaman yang tinggi, dan tujuan utama yang mereka kerjakan selalu melibatkan proses penciptaan, pendistribusian dan pengaplikasian pengetahuan. Secara ringkas dapat dikatakan, pekerja pengetahuan adalah mereka yang pekerjaan utamanya selalu melibatkan pengetahuan dan informasi. (Halaman 51).

Sehubungan dengan itu, Alvin Soleh memandang KW adalah orang yang peduli pada pengembangan dan pembaharuan pengetahuan atas dirinya. Seorang KW dinilai mampu bekerja optimal berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam bab yang membahas tentang Knowledge Worker dijelaskan lima hal utama yang membedakan seorang KW dengan bukan KW. Alvin memberi istilah SMART, yang merupakan  kepanjangan dari Self-driven, Motivated, Action Oriented, Responsible, dan Team Player.

Alvin mengartikan Self-driven sebagai dorongan pribadi untuk menyelesaikan pekerjaan. Motivated artinya memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Action oriented maksudnya berorientasi pada aktivitas, bukan rutinitas. Responsible yaitu memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya, dan team player berarti bekerja dengan baik di dalam tim. Bila mengacu pada ciri-ciri tersebut, Alvin berani mengatakan bahwa semua bidang membutuhkan pengetahuan dan dapat terus dikembangkan, seperti bidang marketing, keuangan, teknik, spesialis network, sumber daya manusia, teknologi informasi, jurnalis, bahkan petani sekalipun.

Menyadari peran KW sebagai motor utama keberhasilan bisnis, Alvin berpendapat, setiap perusahaan harus mampu mengenali (identify), mengembangkan (develop) dan mempertahankan (retain) para KW. Ada empat hal yang menurutnya harus dilakukan perusahaan untuk menjaga dan mengelola para KW dengan baik. (Halaman 55).

Pertama, KW dihasilkan dari seleksi yang terencana dan berkesinambungan. Kedua, manajemen perlu membangun lingkungan dan sistem kerja yang kondusif agar para KW baru tertarik untuk bergabung, dan KW yang ada terus berkembang dan berkontribusi maksimal bagi organisasi. Ketiga, sistem kompensasi berdasarkan kinerja (performance base) yang meliputi sistem moneter (tangible) dan non-moneter (intangible), seperti apresiasi dan penghargaan terhadap kinerja tinggi para KW. Dan keempat, sistem promosi dan suksesi yang melibatkan tidak saja ukuran kinerja saat ini (current performance) tetapi juga melihat potensi di masa mendatang (bigger stage for bigger star).

Bila keempat hal tersebut diterapkan dengan benar, sejatinya perusahaan akan mampu menciptakan pekerja pengetahuan terbaik di dunia. Selanjutnya, para KW ini akan mendorong perusahaan untuk tumbuh dan berkembang lebih baik lagi di masa-masa mendatang.

Alvin Soleh, salah seorang dari dua penulis buku ini, sehari-harinya berprofesi sebagai konsultan Knowledge Management (KM). Alvin sudah menangani banyak perusahaan yang bertekad ingin membangun dan mengembangkan KM. Namun, sering kali perusahaan gagal menerapkan KM bukan lantaran biaya, melainkan karena tidak ada kemauan dari orang-orang di dalamnya untuk menjadikan KM sebagai bagian dari budaya organisasi. 

Karena itu buku ini tidak hanya membahas tentang KW dan peran pentingnya di organisasi. Di samping itu, Firdanianty dan Alvin Soleh juga menjelaskan cara terbaik untuk membangun organisasi yang peduli terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Melalui kegiatan community of practice (CoP), organisasi dapat menumbuhkan semangat setiap orang untuk belajar satu sama lain. Pada gilirannya, lingkungan organisasi yang kondusif untuk kegiatan berbagi pengetahuan akan semakin menyuburkan pertumbuhan KW-KW baru.

Buku ini juga memaparkan bagaimana membangun budaya berbagi pengetahuan dan hal lain yang berhubungan dengan manusia, seperti kepemimpinan, mengembangkan kreativitas di tempat kerja, membangun hasrat, mengasah jiwa kewirausahaan, dan cara mengatur hidup agar tetap seimbang antara keluarga, karier, aktivitas sosial, dan pengembangan diri.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera miliki buku SMART Knowledge Worker dan nikmati gaya bertutur Firdanianty yang menuangkan topik serius ini menjadi bacaan yang ringan dan tidak membosankan bagi Anda. Selamat membaca! □







2 komentar:

Sudibya one person mengatakan...

buku smart knowledge worker merupakan buku yang bagus untuk dibaca, ulasan sekilas tentang buku ini saja sudah menarik. thx untuk referensinya. :) please followback my blog. thx

Unknown mengatakan...

buku knowledge worker merupakan buku yang mudah dicerna bagi yang menggunakannya untuk referensi menulis skripsi.

Posting Komentar