Senin, 25 Juni 2012

Berbincang dengan Orang Nomor Satu di Merauke (2)

Saya dan teman saya, Anung, berkesempatan bertemu dengan Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze di padepokannya yang sederhana, di daerah Wasur Dua. Tempat ini dikelilingi sawah yang terbentang luas dan tambak ikan air tawar yang sengaja dibuat sebagai proyek percontohan bagi masyarakat Merauke.


Pak John, begitu sapaan akrab Johanes Gluba Gebze, menemui kami dengan pakaian sederhana – kaos berkerah warna kuning gading dan celana panjang cokelat. Sambil duduk santai kami mengobrol di teras padepokannya. “Tanah Merauke sangat ajaib. Tanah di sini bisa ditanami apa saja. Bahkan sayuran kol bisa tumbuh dengan kualitas yang baik, tidak beda jauh kualitasnya dengan di pegunungan,” ungkapnya, bangga.

Kabupaten yang memiliki luas sekitar 2 juta hektar ini, diungkapkannya, baru 25 ribu hektar yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Lantaran itu, tak salah bila John memandang Merauke menyimpan segudang potensi di bidang agribisnis. Dilihat dari topografinya, kabupaten Merauke merupakan dataran rendah yang subur dan memiliki potensi untuk pengembangan pertanian. Beragam komoditas pertanian, juga peternakan dan perikanan, dapat dikembangkan di bumi Animha ini.

Melalui semboyan “Izakod Bekai Izakod Kai” yang berarti satu hati dan satu tujuan, Panglima Merauke ini berupaya membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat menuju masyarakat mandiri. Lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Jayapura ini mengakui, menangani masyarakat Merauke yang jumlahnya sekitar 175 ribu orang merupakan tantangan berat. “Lebih gampang mengurus jutaan manusia yang produktif daripada 175 ribu orang tetapi tidak produktif,” ungkapnya memberi alasan.

Kendati demikian, tantangan itu bisa dihadapinya melalui satu prinsip, jangan kalah sebelum bertarung dan jangan mundur sebelum melangkah. “Sebagai manusia memang saya sempat lelah. Tetapi akhirnya saya berpikir, kalau saya sudah lemah, apalagi mereka (masyarakat)? Untuk itu, saya harus bangkit dan terus memotivasi diri,” ujar Ketua Umum Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) ini.

Di kesempatan bincang-bincang dengan kami, kelahiran Merauke 26 Februari 1953 ini menyampaikan cita-citanya yang ingin mewujudkan Merauke menjadi kabupaten agropolitan, agrowisata, dan agroindustri. John yakin keinginannya bisa terwujud. Ia memberi contoh Bung Karno, yang menurutnya memiliki komitmen kuat dan mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia yang saat itu hampir putus harapan. Di matanya, kunci sukses Soekarno kala itu karena menganut konsep berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) yang dia tanamkan kepada bangsa Indonesia.

Penggemar buku-buku kepemimpinan ini mengungkapkan, semangat untuk membangun Merauke harus mengalir deras ke masyarakat. Kalau itu sudah terjadi, ia yakin, harapan untuk mencapai kemajuan Merauke bisa terwujud. “Doa saya selama ini kepada Tuhan: saya tidak minta kulit saya berubah putih, karena itu tidak ada guna. Saya juga tidak minta rambut saya yang keriting ini diluruskan. Saya selalu memohon kepada Tuhan, sebelum saya mati, berikan kesempatan kepada saya untuk berbuat karya nyata. Sebab, saya tidak mau mati dalam kesia-siaan. Saya ingin mati dalam sebuah keharuman dan karya nyata,” tuturnya filosofis.

John mengakui, ia bukan termasuk pemimpin yang menyukai pekerjaan adminstratif. Akan tetapi, ia berani mengatakan, selama 24 jam dirinya siap dipanggil untuk melayani rakyat. “Bupati yang baik itu tidak perlu selalu berada di kantor, karena kantor hanya untuk menandatangani surat-surat. Pekerjaan paling besar ada di lapangan,” katanya menegaskan. Di sela-sela kesibukannya sebagai Bupati, John selalu menyempatkan diri melakukan meditasi di padepokannya, salah satunya dengan membaca buku. Katanya, membaca adalah makanan untuk mengisi jiwanya. Di luar itu, John sering memancing ikan dan menanam pohon di lokasi persawahan Wasur Dua.

John menjawab pertanyaan kami sambil menyelipkan kata-kata bijak yang – bisa jadi – menggambarkan perjalanan hidupnya. Tak salah bila kami merasa bahwa wawancara ini seperti sebuah kuliah filsafat. Ia juga menceritakan berbagai program yang sudah dijalani selama dua periode kepemimpinannya. April 2010 nanti adalah akhir masa kepemimpinannya sebagai Bupati Merauke. Namun demikian, John optimistis, program-programnya akan dilanjutkan oleh penggantinya. □




0 komentar:

Posting Komentar